Senator Lia Istifhama Dorong Kebangkitan Industri Tekstil Lewat Kreativitas Batik Ramah Lingkungan

SURABAYA – Di tengah tren menurunnya industri tekstil Indonesia, Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Lia Istifhama, mengajak masyarakat untuk kembali menghidupkan kejayaan tekstil nasional melalui inovasi batik ramah lingkungan.

Hal ini ia sampaikan saat menghadiri workshop “Batik and Brew” yang digelar di Ciputra Hotel Surabaya, bertepatan dengan peringatan Hari Kopi Internasional (1 Oktober) dan Hari Batik Nasional (2 Oktober).

Acara ini diikuti oleh 15 peserta dari berbagai kalangan Komunitas ISIK (Ibu Semangat Indonesia Kuat). Mereka diajak memanfaatkan ampas kopi sebagai pewarna alami serta sprei hotel bekas sebagai media batik. Dari tangan kreatif peserta, lahirlah berbagai karya eco-print seperti tote bag, sarung bantal, hingga kain batik bernilai seni tinggi.

Menurut Ning Lia, kegiatan ini tidak hanya sekadar merayakan budaya batik, tetapi juga menjadi peluang strategis untuk mendorong kebangkitan industri tekstil nasional.

“Industri tekstil Indonesia saat ini menghadapi tantangan serius akibat turunnya permintaan global dan persaingan dari produk impor. Melalui pelatihan kreatif seperti ini, kita bisa menguatkan kembali industri tekstil lokal dengan sentuhan budaya, inovasi, dan keberlanjutan,” ujar Ning Lia usai acara .

Ning Lia menegaskan bahwa batik memiliki nilai ekonomi yang tinggi di pasar global. Dengan pengelolaan yang tepat, batik bisa menjadi produk fashion unggulan Indonesia dalam menghadapi pasar internasional, termasuk melalui peluang kerja sama dagang dengan Uni Eropa (EU-CEPA).

“Batik bukan sekadar busana, melainkan identitas budaya bangsa. Jika dikemas dengan inovasi, ramah lingkungan, dan sesuai tren pasar global, produk tekstil kita bisa kembali berjaya dan menjadi kebanggaan Indonesia,” tegasnya.

Selain itu, Ning Lia mengungkapkan pentingnya pemberdayaan perempuan dalam industri tekstil. Ia menilai kaum ibu memiliki peran besar dalam mengembangkan usaha batik berbasis komunitas, yang tidak hanya menguatkan ekonomi keluarga tetapi juga menjaga warisan budaya bangsa.
Workshop Batik and Brew ini menjadi contoh nyata bahwa inovasi berbasis kearifan lokal dapat menjawab tantangan industri tekstil nasional yang tengah melemah, sekaligus membuka peluang menuju pasar global.

M. Lukman Hakim, Wakil Direktur 1 ISIK (Ibu Semangat Indonesia Kuat), menyebut acara ini sebagai upaya mengedukasi masyarakat tentang keberlanjutan.

“Daripada dibuang, limbah sprei hotel masih bisa diolah menjadi produk baru. Ditambah dengan pewarna alami dari kopi, hasilnya unik dan ramah lingkungan,” jelasnya, Sabtu (4/10/2025).

Menurut Stephanie Caroline, Marketing Communication Hotel Ciputra World Surabaya, kolaborasi ini tidak hanya merayakan dua momen nasional, tapi juga mendorong kreativitas masyarakat. “Kami ingin menunjukkan bahwa kopi bisa dimanfaatkan lebih luas, tidak hanya sebagai minuman tetapi juga bagian dari seni batik,” ujarnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *