Santri Harus Berkarya Bagi Bangsa

Prof. Dr. Maskuri Bakri saat menjadi narasumber di Pondok Seblak.
Prof. Dr. Maskuri Bakri saat menjadi narasumber di Pondok Seblak.

JOMBANG – Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Seblak menggelar Seminar Motivasi, Minggu (9/1). Kegiatan ini bertema Menjadi Santri Unggul dalam Berprestasi dan Berakhlaqul Karimah.

Hadir sebagai narasumber adalah Prof. Dr. Maskuri Bakri, rektor Universitas Islam Malang (Unisma). Acara yang digelar di masjid Pondok Seblak ini dihadiri seluruh santri putra dan putri.

Prof. Maskuri lebih banyak menceritakan kisah suksesnya mulai jadi hingga yang diraih masa sekarang. Itu semua bermula dari setelah tamat dari jenjang MTs. Lalu melanjutkan ke jenjang Aliyah di Pondok Seblak. Hingga berlanjut sampai ke jenjang perguruan tinggi dengan berbagai beasiswa yang diraih. Termasuk kesempatan short course ke Kanada, Belanda dan Australia.
Kini, lebih dari 38 judul buku sudah dihasilkan sebagai karyanya. Itu belum ditambah dengan enam enskiplodi.

Termasuk berbagai artikel jurnal sebagai hasil penelitian yang sudah dilakukan.
Berbagai jabatan pun disandang. Mulai dari di internal kampus sampai di level nasional. Terbaru, dirinya terpilih menjadi wakil ketua Forum Rektor Indonesia.

Guru besar di bidang pendidikan ini memaparkan bahwa sebagai seorang santri, dirinya tentu melewati masa-masa seperti para santri lainnya. “Dulu saya saat masih mondok di sini juga makan dengan lauk hanya tahu tempe dan sayur lodeh buah nangka muda,” ujarnya.

Selain keseriusan santri, lanjutnya, apa yang diraih sekarang adalah buah dari keridhaan para gurunya. “Makanya, para santri jangan sampai menyakiti hati para gurunya,” imbuhnya.

Di samping itu, katanya, santri juga harus membangun hubungan yang baik dengan sesama teman. “Anggap semua lingkungan sekitarmu itu penting,” pesannya.

Dirinya berharap, santri milenial bisa menghasilkan karya sebagai monumen dalam hidupnya. “Berkarya sebagai jejak langkah, di tengah momentum mencari ilmu, itu penting,” ucapnya.

Hal ini karena keunggulan santri tidak sekedar kompetitif. Tapi juga komparatif dengan bimbingan guru terkait akhlaqul karimah. “Ini modal yang sangat berharga,” paparnya.

Dengan demikian, kehadiran santri akan menjadi solutif. Menyelesaikan masalah yang ada di tengah masyarakat. “Tidak justru menambah masalah baru,” ujarnya.

Itu semua, lanjutnya, ditentukan oleh kualitas kerja. Sehingga santri sudah sepantasnya mengembangkan karakter ikhlas, jujur, tanggung jawab dan disiplin. “Di sinilah kunci pengabdian santri bagi agama dan bangsanya,” pungkasnya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *