Jombang – Berbicara tentang sosok Mundjidah Wahab, tidak sedikit orang di Kabupaten Jombang yang telah mengenalnya. Selain dikenal sebagai politisi, dirinya juga dikenal sebagai tokoh pendidikan pesantren, tokoh lintas agama, hingga tokoh yang berpengaruh di lingkungan Muslimat Nahdlatul Ulama.
Mundjidah sendiri merupakan perempuan yang lahir dan dibesarkan dalam tradisi dan kultur pesantren. Ayahnya adalah KH Abdul Wahab Chasbullah, seorang ulama besar yang menjadi penggagas, pendiri dan penggerak Nahdlatul Ulama (NU).
Dia merupakan sosok perempuan yang kenyang pengalaman, baik dalam bidang politik maupun pada bidang pendidikan pesantren dan sosial kemasyarakatan. Pengalaman itu terasah dari berbagai aktivitas dan kiprahnya yang dijalani sejak belia.
Membangkitkan Kembali IPPNU
Mundjidah memulai kiprah dan pembelajaran berorganisasi di usia remaja bersama Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Kisahnya berawal saat dia duduk dibangku Kelas IV MMA Tambakberas, dimana saat itu dirinya diminta menjadi Ketua IPPNU.
Kala itu, kepengurusan cabang IPPNU Kabupaten Jombang sedang dalam kondisi vakum. Setelah berdiskusi dengan keluarga, kerabat dan teman dekat, Mundjidah menerima tantangan untuk mengaktifkan kembali IPPNU di Kabupaten Jombang.
Dikutip dari buku berjudul “Mundjidah Wahab, Otoritas, Profesionalisme, dan Kebijakan Publik di Kabupaten Jombang”, yang ditulis Alfiyah Ashmad (2023), Mundjidah memulai langkahnya dengan bersilaturahmi dengan pengurus lama, serta berkunjung ke rumah-rumah pelajar yang potensial menjadi anggota IPPNU.
Dalam upayanya merekrut anggota IPPNU, Mundjidah tidak hanya berkomunikasi dengan pelajar yang ditemui. Dia juga berkomunikasi dengan orang tua masing-masing serta memintakan izin agar anaknya diperbolehkan mengikuti kegiatan IPPNU.
Dari kegiatan anjangsana yang dilakukan ke rumah calon pengurus, Mundjidah akhirnya bisa membentuk struktur pengurus IPPNU Kabupaten Jombang. Dia pun akhirnya ditetapkan dan dilantik sebagai ketua PC IPPNU Jombang periode 1964 – 1968.
Setelah dilantik, Mundjidah merencanakan program pembentukan Pimpinan Anak Cabang. Dia pun kembali disibukkan dengan kegiatan berkunjung ke rumah-rumah calon pengurus dan anggota IPPNU.
Upaya blusukan yang dilakukan Mundjidah kala itu tidak sia-sia. Di masa kepemimpinannya, terbentuk kepengurusan 4 PAC IPPNU, yakni di Kecamatan Jombang, Kecamatan Ploso, Kecamatan Mojoagung, dan Kecamatan Perak.
Selain membentuk PAC, IPPNU di masa kepemimpinan Mundjidah juga melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut antara lain, manaqib, diba’iyah, diskusi, serta kegiatan bersama banom lain, hingga menjalin kerjasama dengan Pelajar Islam Indonesia (PII).
Untuk meramaikan gerak organisasi, Mundjidah membentuk gruop drumband. Ia mempelopori drumband putri pertama di Kabupaten Jombang.
Mundjidah menuturkan, aktivitas dan kiprahnya bersama IPPNU di saat remaja, telah memberikan banyak pelajaran dan pengalaman penting. Dari IPPNU, dia banyak belajar tentang cara mengelola organisasi.
“Pengalaman saya di IPPNU adalah pertama kali belajar berorganisasi. Belajar mengatur sesuai dengan tupoksinya, serta memberikan tugas yang sesuai dengan ahlinya,” tutur Mundjidah.
“Dimulai dari rumah ke rumah untuk mencari anggota pengurus. Alhamdulillah, IPPNU Jombang sampai saat ini masih eksis,” lanjut dia melalui saluran medsos pribadinya.
Kebersamaan Mundjidah dengan IPPNU tidak hanya saat dirinya menjadi pengurus. Meski tak lagi menjadi ketua IPPNU, Mundjidah tetap mau mencurahkan energi dan pikirannya, hingga dukungan finansial untuk keberlangsungan dan keberlanjutan IPPNU.