PEMBELAJARAN ADALAH IKHTIAR MENUJU PENDIDIKAN

Kang Asy'ariy (TPM PC LP MA'ARIF JOMBANG)
Kang Asy'ariy (TPM PC LP MA'ARIF JOMBANG)

(Refleksi Hardiknas 2025)

Oleh : Kang Asy’ariy (Tim Penjamin Mutu PC LP MA’ARIF NU JOMBANG)

Pendidikan memiliki makna hakiki bagi keberlangsungan hidup suatubangsa. Baik dan majunya suatu Bangsa tergantung baiknya sistem pendidikan yang dilaksanakan. Tidak ada kata putus atau berhenti dalam pendidikan. Begitu juga esensi hidup seorang anak manusia tidak bisa terlepas dari pendidikan karena pada dasarnya hidup adalah pendidikan itu sendiri.Nabi SAW menegaskan dalam sabdanya akan pentingnya dan wajibnya seorang muslim belajar untuk menuju dan menjadi insan Kamil yang terdidik lahir dan batin.

Esensi hadits nabi adalah Belajar adalah seumur hidup, dari ayunan sampai liang lahat (minal Mahdi ilal lahdi) dimaknai sebagai wajib bagi setiap muslim laki-laki atau perempuan untuk belajar atau menuntut ilmu. Sejarah umat manusia membuktikan bahwa keberhasilan suatu bangsa karena pendidikan dan kesadaran pendidikan warga bangsanya. Umat Islam dalam periode tertentu menunjukkan diri sebagai episentrum peradaban karena budaya belajar dan pendidikan yang maju.

Pendidikan dan peradaban itu ditandai dengan majunya Literasi dan produktivitas cendekiawan muslim mulai  masa salafus Sholeh. Masa kejayaan Islam (750 M – 1258 M) adalah masa ketika para filsuf ilmuwan dan insinyur dari menghasilkan banyak kontribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan, baik dengan menjaga tradisi yang telah ada ataupun dengan menambahkan penemuan dan inovasi mereka sendiri (Wikipedia).

Sebagai bangsa dengan mayoritas muslim, legacy dan kisah kejayaan Islam masa lampau bisa menjadi pelecut kemajuan pendidikan indonesia. Juga tingginya peradaban bangsa sendiri mulai abad 8 sampai kejayaan Majapahit adalah modal bahwa bangsa kita memiliki referensi lengkap dalam kemajuan peradaban dan pendidikan masa lalu.

Momen peringatan hari pendidikan Nasional (HARDIKNAS) 2025 menjadi momen refleksi nasional bagi semua anak bangsa terutama yang berkhidmat di dunia pendidikan untuk mereview secara komprehensif dunia pendidikan Indonesia. Tema besar hardiknas  ‘Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu Untuk Semua’ menegaskan pentingnya keterlibatan seluruh komponen dan elemen bangsa dalam membangun pendidikan yang bermutu dan inklusif,

mencerminkan semangat kerjasama antar komponen bangsa baik regulator, pendidik, peserta didik, keluarga, dan masyarakat luas untuk bersama-sama menciptakan sistem pendidikan yang adil dan merata. Setidaknya tri pusat atau Empat pusat pendidikan harus bisa saling bahu membahu mewujudkan pembelajaran yang sinergis guna mewujudkan pendidikan yang diidamkan bangsa.

Refleksi perlu dilakukan di tengah volatilitas dan tuntutan zaman yang semakin berat simetris dengan dampak negatif yang muncul dari era ini. Bagaimana melibatkan semesta untuk mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua harus dilalui dengan upaya keras dan terukur semua pihak. Teknologi yang tersedia adalah modal kuat tapi juga bisa menjadi penghambat jika tidak dimanfaatkan secara benar.

Lebih kecil dari praktis bahwa pendidikan bermutu adalah hasil pembelajaran bermutu. Begitu banyak model dan inovasi pembelajaran dilatihkan dan dipraktekkan dari perubahan kurikulum satu ke kurikulum selanjutnya belum terlihat dampak positifnya jika mengacu pada ranking Literasi, PISA dan ranking Pendidikan negara kita di dunia. Cita-cita lahirnya generasi emas pada 2045 atau 100 tahun bangsa Indonesia merdeka bukan hal mudah dicapai meskipun bukan hal mustahil. Maka sungguh tepat jargon “partisipasi semesta untuk mewujudkan pendidikan bermutu bagi semua“.

Namun persoalan yang menghadang tidak bisa hanya dilaksanakan melalui pembelajaran di sekolah/madrasah. Pembelajaran bukan satu-satunya penentu keberhasilan pendidikan karena ia hanya salah satu komponen dalam ikhtiar menuju pendidikan. Suatu pendidikan yang menjadi cita-cita semua anak bangsa dan penerus bangsa.

NU sebagai bagian dari komponen bangsa yang memiliki peran penting dalam sejarah mencerdaskan kehidupan bangsa dari waktu ke waktu, sejak zaman penjajahan harus bisa merumuskan dan mempraktekkan model pendidikan yang tidak menghilangkan kearifan masa lalu yang masih sesuai dengan zaman dan terus mengembangkan inovasi yang baik. Qowaidul fiqiyah “ Al-Muhafadhotu ala Qodimis Sholih wal Akhdzu bil Jadidil Ashlah” menjadi patokan dan pegangan dalam khidmat pendidikan NU.

Disinilah peran penting NU  sebagai komponen bangsa ikut mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua.

Wallahu a’lam bissawab

Jombang, 2 Mei 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *